Sabtu, 09 Mei 2009

Kala Hati Mulai Tak Ikhlas

Pernah melakukan suatu pekerjaan namun tidak dihargai, lalu keluarlah berbagai macam omelan dari mulut kita?, Sudah belajar dengan keras namun hasil yang didapatkan kurang baik lalu mulai mencari kambing hitam untuk menjadi pelampiasan kekesalan kita? Pernahkah kita merasa shalat yang kita kerjakan terasa belum khusyuk, atau hati selalu resah dan gelisah dan hidup tidak merasa nyaman dan bahagia,sering mengeluh?, Hati-hati karena bisa saja kita termasuk golongan orang-orang yang tidak ikhlas dengan takdir Allah.
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang tujuan utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya dalam kalbunya, menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya“. (Tirmidzi).
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah kita, semakin tinggi nilai keikhlasan seseorang maka akan terhindar dari godaan syaitan, dan semakin rendah nilai keikhlasan maka semakin mudah berbuat maksiat karena mudah digoda oleh syaitan.
Waspadai gejala ketidakikhlasan hati……:
1.Melakukan sesuatu untuk mendapat pujian, popularitas, pangkat, dan berbagai kenikmatan duniawi lainnya.
Kadang kita tidak sadar telah terbersit dalam hati kita setitik kesombongan dalam setiap aktivitas kita sehingga niat kita tidak lagi untuk meraih ridho Allah melainkan telah dibelokkan oleh syaitan untuk mendapat pujian dari mahlukNya.
Sayyidina ’Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata.
2.Mudah kecewa
Orang yang melakukan sesuatu, namun yang dilakukan tidak berhasil,lalu merasa kecewa dan mulai menyalahkan orang lain dan lingkungan atas kegagalan yang terjadi. Padahal kalau mau ditilik lebih jauh lagi, masih banyak nikmat Allah yang tidak terhitung jumlahnya yang patut untuk kita syukuri.
3.Merasa berat atau susah melakukan amal sholeh
Ringan dalam melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan maksiat sekalipun, namun ketika ingin melakukan amal sholeh terasa seperti memikul air sejauh 100 km, padahal air itu sangat bermanfaat bagi dirinya.
Ketika kita telah mengenal gejala ketidakikhlasan hati lakukanlah apa-apa yang membuaat hati ini menjadi ikhlas terhadap segala ketentuan Allah. Ciri-ciri orang yang ikhlas adalah kebalikan dari hal diatas,yaitu :
Melakukan sesuatu semata-mata mengharap ridho Allah subhanahu wata’ala
Dalam artian tidak menyertakan kepentingan pribadi maupun duniawi ketika melakukan sesuatu/amal sholeh. Karena tujuan tertinggi yang harus dicapai oleh setiap insan dan merupakan keuntungan terbesar yang harus diraih adalah Ridho Allah subhanahuwata’ala.
Menyamakan antara pujian dan celaan
Orang yang ikhlas dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memuji/menilainya bahkan dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk mendapatkan penilaian sesama yang selalu berubah tetapi dia bulatkan seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah subhanahuwata’ala.
Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi amal yang sangat besar dihadapan Allah subhanahuwata’ala.
Allah subhanahuwata’ala menjamin keutamaan dan keberkahan orang-orang yang ikhlas dalam beramal sebagaimana dalam firmanNya “Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan”. (Ash-Shaaffat: 40-43)
Begitu besar pengaruh orang yang ikhlas itu, sehingga dengan kekuatan niat ikhlasnya mampu menembus ruang dan waktu. Seperti halnya apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rasulullah, mampu mempengaruhi kita semua walau beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu namun kita senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang beliau sampaikan.
Semoga Allah SWT membimbing kita pada jalan-Nya sehingga kita bisa menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Amiin.